Dinas Pendidikan Halmahera Timur Tak Punya Data ATS
Djamal Esa: Baru Rencana Turun Mendata
Kepala Dinas Pendidikan Halmahera Timur, Djamal Esa. |
HALTIM, BRN– Angka anak putus sekolah (ATS) di Halmahera Timur
sulit ditebak berapa jumlahnya. Ini karena Dinas pendidikan di kabupaten
bermoto limabot fayfie itu tidak
memilik data ATS.
Padahal,
kabupaten penghasil tambang ini mewajibkan pendidikan gratis semenjak 2011 lalu.
Itu artinya, kinerja Dinas Pendidikan Halmahera
Timur patut dipertanyakan.
Kepala
Dinas Pendidikan Halmahera Timur, Djamal Esa dikonfirmasi membenarkan belum dimilikinya
data ATS. Ia mengaku tidak tahu pasti berapa banyak anak atau siswa yang berhenti
mengenyam pendidikan formal.
“Tapi
kita jadwalkan turun ke tiap-tiap desa dan sekolah untuk mendata siswa putus
sekolah. Sampel data diambil supaya bisa memastikan apakah ada tidaknya siswa
putus sekolah,” katanya, Rabu, 1 Maret kemarin.
Menurut Djamal,
rencana pendataan siswa putus sekolah dijenjang SD dan SMP tersebut sudah memberi
instruksi kepada masing-masing kepala bidang.
“Supaya
segera jadwalkan. Ada dua hal yang akan dimonotoring, yaitu soal sistem
administrasi di semua jenjang sekolah, dan meyangkut siswa putus sekolah,” terangnya.
Djama
mengatakan, dalam monitoring nanti belum dipastikan apakah ada atau tidak siswa
putus sekolah disetiap sekolah.
”Kalau
data siswa putus sekolah jenjang SMA dan SMK saya tidak bisa pastikan itu. Tapi
kalau SD dan SMP nanti tunggu hasil monitoring baru kami bisa pastikan berapa
jumlahnya”.
“Kalau
hasilnya ditemuan, tentunya langkah dinas pendidikan pasti menginstruksikan semua
kepala sekolah untuk memastikan apa alasannya sehingga anak-anak putus sekolah.
Selain itu, sudah menjadi tanggung jawab orang tua menyangkut dorang pe anak-anak ini,” sambungnya.
Djamal
mengklaim pendidikan di Halmahera Timur sudah merata. Sebab, menurutnya, pendidikan
gratis yang diteapkan semenjak 2011 sudah pasti meminimalisir siswa putus
sekolah. Begitu juga dengan fasilitas yang tersedia.
“Indikasi
siswa putus sekolah di Halmahera Timur praktis tidak ada sudah ada program pendidikan
nol biaya alias gratis. Tapi kami akan turun dulu agar pastikan apakah ada atau
tidak. Tapi apabila ada yang putus sekolah, penyebab kemungkinan persoalan
akses yang sulit dijangkau. Kami buat kajian agar sekolah-sekolah yang jaraknya
terlalu jauh itu dicarikan solusinya supaya mempermuda akses ketika ke sekolah.
Ini juga harus ada perhatian orang tua siswa,” terangnya. (mal/red)