Brindonews.com






Beranda News Perjuangkan Nasib Anak, Dati Dan Sepupunya Mengantar dan Menjemput Sri Rahayu di Sekolah

Perjuangkan Nasib Anak, Dati Dan Sepupunya Mengantar dan Menjemput Sri Rahayu di Sekolah

Mikram Duwila, Morotai







Berjibaku dengan matahari pagi sudah menjadi rutinitas sehari-hari,
Dati (25). Bersama Nur Halima Hapipa Sadia sepupunya, membantu mengantar dan menjemput anak Dati, Sri Rahayu di sekolah. Meski tiap pagi dan siang
menjemput anaknya, Dati dan sepupunya itu tak pernah merasa malu.

Upaya ini tak lain memberikan pendidikan layak
kepada anaknya, Sri Rahayu. Agar kelak tidak bernasib serupa orangtuanya. Kelak
bisa meraih cita-cita dan mendapat pekerjaan dan menjadi kebanggaan bagi
keluarga. Keluarga asal Kabupaten Karawang, Jawa Barat ini nekat pindah ke
Kabupaten Morotai demi merubah nasib anak mereka, Sri Rahayu. Dua bulan sudah
keluarga yang berkeseharian petani tinggal di Morotai. Untuk mewujudkan pendidikan
anak mereka rasanya berat bagi orangtua Sri Rahayu, Samin (30) dan Dati (25).

Orangtua siswa penyandang catat ini rasanya
berat mewujudkan pendidikan anak mereka. Penghasilan dan pekerjaan tak menetap
membuat mereka mencari segala cara. Sesekali orangtua siswa di SDN UPT 3 Morotai
ini berharap ada uluran tangan dari pemerintah dan warga.  





Sri Rahayu bersama ibunya, Dati didampingi
Kepala Sekolah (Kepsek) Dasar Negeri UPT 3 Bumi Moro, Alusiana Umawaitina mengaku
setiap harinya anak petamanya itu ke sekolah. “ Anak saya cacat tidak bisa
jalan normal, jadi setiap pagi saya harus gendong ke sekolah. Kalau pulang
sekolah digendong sama sepupunya, Nur Halima Hapipa Sadia. Setelah itu langsung
ke kebun bantu bapaknya,” ucap Dati.

Dati mengatakan, jarak SDN UPT 3 sekitar 350
meter dari rumahnya. Bagi Dati, jarak ini sangat jauh untuk anaknya Sri Rahayu.
 

“ Masih butuh empat tahun lagi untuk
menyelsaikan pendidikan Sri di SD, karena Sri Rahayu baru kelas 2. Apabila
tidak ada bantuan dari pemerintah seperti kursi roda atau sepeda motor, tentu
setiap pagi saya harus menggendongnya ke sekolah,” kata Dati, Jumat (28/9)
kemarin.





Hidup sederhana dan menumpang sementara
keluarga kerabat tak menyurutkan semangatnya mengantar anaknya ke sekolah tiap
pagi hari. Berharap anaknya tidak bernasib yang dialami mereka saat ini (buta hurut/tidak bisa membaca). “ Harapanya
agar Sri bisa membaca dan sekolah lebih tinggi lagi tidak seperti  kami yang buta huruf,” ucapnya.

Butuh
Perhatian

Kondisi yang dialami Sri Rahayu mengundang
perhatian serius pihak sekolah. Namun pihak sekolah tidak bisa berbuat banyak karena
anggaran sekolah tidak cukup untuk menyediakan fasilitas kursi roda seperti dibutuhkan
siswanya itu. 





“ Sebagai guru sangat berkeinginan untuk menyediakan kursi roda
untuk Sri Rahayu, tapi dana BOS sangat kecil, tidak cukup membeli kursi roda,”
kata Kepala SDN UPT 3 Bumi Moro, Alusiana Umawaitina.

Alusiana mengaku siswanya itu diperlakukan
khusus dibandingkan dengan siswa lainnya. Di waktu apel Sri Rahayu dipisahkan
dengan siswa lain. “ Waktu masuk sekolah dan pulang sekolah Sri Rahayu diteras
sekolah agar tidak kepanasan,” kata Kepsek.   

Keterbelakangan mental Sri Rahayu membuat
pihak sekolah memberikan pelajaran tambahan seusai jam sekolah. Pelajaran tambahan
itu tak lain lebih mengenal dan membuatnya bisa membaca. “ Sudah dua minggu Sri
belajar tambahan di rumah saya, dan Alhamdulillah sudah bisa sedikit bicara dan
membaca,” kata Kepsek.





“ Berharap pemerintah dapat menyediakan
faslitas berupa kursi roda atau sepeda motor untuk membantu meringankan beban
kedua orangtuanya. Kursi roda atau sepeda motor ini untuk mengantar Sri Rahayu
ke sekolah,” sambung Kepsek.

Sementara
itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Morotai tidak bisa bisa
berbuat banyak terhadap kondisi Sri Rahayu. “ Kalau bantuan untuk kursi roda
atau sepeda motor langsung saja ke Dinas Sosial,” kata Kepala Dikbud, F Revi
Dara.





Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan