Brindonews.com
Beranda Hukrim Tarian Perang di Aksi Kopra Ricuh

Tarian Perang di Aksi Kopra Ricuh

RICUH: Terlihat salah anggota polisi mengisi amunisi gas air mata. 

Perjalanan Koalisi Perjuangan Rakyat (KOPRA) mengawal
persoalan harga kelapa dalam atau kopra di Malut kini memasuki jilid V. Senin
(10/12) Kopra kembali turun ke jalan dan menyuarakan hal sama seperti aksi
jilid I, II, III, dan IV.  

Sepeti
biasa, sebelum memulai aksi, para demonstran rata-rata anak petani itu berjalan
puluhan kilo meter untuk berkumpul di satu titik.  Bakar ban bekas, lemparan batu ke arah
petugas, penembakan gas air mata, bentrok, saling kejar dan penyemprotan water
cannon tak dapat terhindarkan.  





Di jilid V ini, KOPRA menunjukkan agak
sedikit berbeda dengan demostrasi sebelumnya. sesekali massa aksi meminta
bahkan mengecam dan mengutuk setiap perlawanan (penembakan gas air mata) yang
di lakukan polisi. Siang itu sinar matahari di taman landmark, Jl. Pahlawan Revolusi
panas dan gerah. Panas menyengat di kulit kepala itu tak menurunkan semangat
mereka berteriak lantang.

Tarian cakelele di lakukan mahasiswa/massa aksi di hadapan polisi

Kobaran api dari ban bekas itu tiba-tiba terdengar
teriakan
“hotuuuu”. Identitas etnik
Tobelo dan Galela ini diwujudkan dengan tarian cakelele.
Tarian yang di dominasi kaum Adam dan Hawa sebagai penari
 semakin di pertontonkan di hadapan polisi
yang berjaga-jaga saat itu. Di iringi musik khas cakelele menandakan kondisi
saat itu mulai tidak lagi steril.

Benar saja, tarian yang sebelum atau
sepulangnya para prajurit Maluku Utara berangkat perang dan memiliki makna tersendiri
 (apresiasi kepada leluhur) itu berubah
asap putih tebal. Warga di lokasi sekitar mengalami perih mata. Beberapa mahasiswa
di amankan karena dianggap provokator.





Suasana lokasi aksi

Dor…!, begitu bunyi
senapan gas air mata. Sesekali petugas kemanan
membidik di tengah-tengah kerumunan massa. Massa pun buyar
takaruan. Demonstrasi mulanya berjalan aman, lancar, dan tertib di depan
Kantor Wali Kota Ternate itu berakhir saling baku lempar dan saling
kejar-kejaran hingga di depan Gedung Duafa Center, Kelurahan Gamalama,
Kecamatan Kota Ternate Tengah.  

Massa aksi yang di amankan. Insert: satu mahasiswa diamankan di Mobil Ambulance Polisi

Wakapolres Ternate, Kompol Jufri Dukomalamo mengatakan,
kericuhan bermula saat massa aksi melempar ke arah petugas, namun petugas tidak
terprovokasi. Massa aksi semakin anarkis dengan merusak fasilitas umum dan
mengancam akan membakar mobil dinas salah satu kepala dinas di lingkup Pemkot
Ternate.
 





Salah satu mobil dinas yang di palang massa aksi.

“ Kami mencoba melerai, tapi mereka masih lempar hingga
mengenai kendaraan komando massa aksi yang mengakibatkan kaca depan mobil itu
pecah,” terang Wakapolres saat di wawancara wartawan di depan kantor Wali Kota
Ternate.

Kompol Jufri mengungkapkan, meski pihaknya mencoba
melerai, namun massak aksi makin anarkis. Polisi kemudian membubarkan menggunakan
AWC. Bahkan massa semakin melempari petugas menggunakan batu dan balok.

“ Sesuai protap, kita bubarkan dengan gas air mata dan
beberapa mahasiswa yang diduga sebagai provokator sudah diamankan,” ungkapnya. (RBL/red)





Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan