Sambutan Bupati Morotai Dikegiatan Loancing Festival Morotai Disambut Demo
Hipmmaro saat gelar unjuk rasa di acara lounching festival Morotai |
MOROTAI, BRN – Pelaksanaan kegiatan Lounching
festival Morotai Land Of Stories Season II yang berlangsung di Landmark Kota
Ternate, Sabtu (14/03) malam disambut aksi demo oleh organisasi PB Himpunan
Pemuda Pelajar Mahasiswa Morotai (Hippamoro) Malut.
Saat
Bupati Morotai, Benny Laos naik ke podium untuk memberikan sambutan, puluhan
mahasiswa yang tergabung dengan para tamu undangan, lantas berdiri serentak
menutup mulut dengan lakban alias aksi bisu dengan membawa sejumlah poster
bertuliskan “Kami butuh parawisata berbasis desa, pelatihan SDM Parawisata
di Desa serta sejumlah tuntutan lainnya.
aksi
puluhan mahasiswa yang berasal dari Morotai yang kuliah di kota Ternate itu
terjadi pada saat Bupati Morotai Benny Laos memberikan sambutan, puluhan
mahasiswa yang saat itu berada di arena kegiatan langsung maju ke depan
berbaris dihadapan staf ahli Kementerian Parawisata Ekonomi Kreatif bidang
reformasi birokrasi Ari Juliano
Gema,Wakil Gubernur Ali Yasin, Rektor Ummu Prof Saiful Deni dan semua tamu
undangan baik dari provinsi dan kabupaten kota se Malut.
Aksi para mahasiswa itu ternyata menarik
perhatian tamu. Sebab, para mahasiswa berbaris dan menutup sebagian tempat di
depan para tamu sehingga sambutan bupati pun sedikit terganggu dengan aksi yang
dilakukan.
Bahkan,
nyaris terjadi adu jotos antara mahasiswa dan kepolisian akhirnya jalan raya
dilokasi kegiatan macet akibat adanya aksi para mahasiswa tersebut.
Ketua
Hippmamoro Malut Rijal Popa, dalam rilisnya kepada Media ini mengatakan
kehadiran parawisata itu dalam rangka meningkatkan ekonomi, meningkatkan
kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan dan mengatasi pengangguran sesuai
dengan pasal 4 Undang-Undang Nomor 10 tahun 2019 tidak memberi dampak ekonomi
terhadap masyarakat.
Parawisata
Morotai yang dilakukan kedua kalinya di tempat yang sama ternyata tidak
memberikan konstribusi buat masyarakat lokal.” Kegiatan land of stories
pertama tahun 2019 kemarin menjadi catatan pilu, contohnya 2019 peserta penari
kolosan bambu hitada memprotes karena upahnya tidak dibayar, PAD disektor
parawisata 2019 terjun bebas, dan puncak acara festival terkesan hanya
merayakan hari lahir Bupati Morotai (Benny Laos), ” katanya.
Menurutnysa,
parawisata adalah pembangunan kemanusiaan, jika keluar dari konteks itu maka
akan menimbulkan konflik sosial, ketersinggungan dan kecemburuan sosial karena
orientasi mencari keuntungan semata.
”
Saat ini krisis ekonomis sedang mengintai, Land Of Stories Morotai festival itu
hanya menguntungkan segelintir orang, masyarakat bawah hanya mendapatkan
setetes keuntungan, ” kesalnya.
Lanjut
dia, Pemda segera kembangkan parawisata berbasis desa, tujuannya agar seluruh
lapisan masyarakat dapat merasakan manfaat, memberikan pelatihan SDM agar
supaya masyarakat mampu mengelola potensi wisata di masing masing desa. (fix/red)