Pandu Laut Nuasantara, Ajang Ajak Masyarakat Cintai Laut

Buyung Rajiloen: Pendidikan Keluarga Sangat Penting
TERNATE, BRN– Dinas Kelautan
dan Perikanan (DKP) Maluku Utara melaksanakan Upacara Bendera Menghadap Laut
dan Bersih Pantai, Minggu (18/8) sore. Upacara bendera menghadap laut2.0 atau 2 menitini dilakukan serentak secara nasional di 74 titik,
termasuk di Malut dalam rangka gerakan mencintai laut dan sumber daya alamnya.
Kepala DKP Malut Buyung Rajiloen mengatakan, prosesi
menghadap laut tersebut dirangkai dengan gerakan bersih-bersih pantai, melepasliarkan
tukik, dan deklarasi Relawan Pandu Laut Nusantara. Tujuan dilakukannya
kegiatan tersebut bukan hanya bentuk melestarikan sumber daya laut, melainkan
mengajakan masyarakat tetap ramah terhadap lingkungan laut.
“Masyarakat diharapkan memandang secara luas ke laut
dan menyadari bahwa ada sumber kehidupan disana (laut). Bukan hanya tentang
perilakunya, tapi disana ada ekosistem maupun biotanya. Laut adalah penopang hidup
kita semua,” kata Buyung di Pantai Kastela, Kelurahan Kastela, Kecamatan
Ternate Pulau.
Buyung mengemukakan, wilayah Provinsi Maluku Utara
sebagian besar wilayahnya laut. 69 persen dari total luas wilayah ini kalau
tidak diimbangi dengan tingginya tingkat pemahaman atau kesadaran masyarakat
sudah tentu produksi sampah, tertutama sampah plastik hari kehari terus
meningkat.
“Malut memiliki potensi kelautan dan perikanan cukup
besar. Sehingga dengan acara menghadap laut ini betul-betul menimbulkan atau
menciptakan kesadaran semua stakeholder terutama pelaku kepentingan untuk bisa
menjaga sumber daya laut,” katanya.
![]() |
lepasliarkan Tukik atau penyu hijau. Penyu diambil dari tempat penangkaran untuk dikembalikan ke habitatnya. Anakan Penyu hijau yang dilepasliarkan berusia satu dan 2,5 bulan. |
Menurutnya, dalam menjaga sumber daya laut bukan
hanya soal menjaga kebersihan semata atau tidak membuang sampah di laut, menghindari
adanya upaya-upaya yang tidak ramah lingkungan, tidak menggunakan alat tangkap merusak
ekosistem atau biota laut menjadi faktor penting dan utama.
“Apalagi berbahan peledak (bom). Bom-bom ikan itu kegiatan
yang merusak laut dan sudah di larang. Karena itu, lewat kegiatan ini mari kita
sama-sama menjaga sumberdaya laut,” kata Buyung mengajak.
Dia mengatakan kebiasaan perilaku menjaga lingkungan
dimulai dari dari sendiri dan keluarga. Keluarga merupakan komponen paling penting dalam
kehidupan bermasyarakat dan memulai segala sesuatu.
Kampanye kesadaran lingkungan selayaknya dimulai dari
keluarga. Anak-anak dididik sejak kecil membuang sampah pada tempatnya. “Hari ini sengaja ajak
keluarga saya, ini sebagai contoh kalau pendidikan karakter dimulai dari
keluarga. Jangan ada lagi buang sampah ke laut dan kurangi penggunaan plastik
sekali pakai,” katanya.
“Bayangkan saja, kalau 1 orang seharinya mengonsumsi
satu air mineral, berarti dalam setahun dia menghasilkan 360 botol. Kalau misalnya
di Ternate ada 1.300 penduduk, maka berapa ton sampah yang dihasilkan. Itu baru
botol, belum kemasan mikro plastik jenis lain, apalgi sekarang sudah temuan ikan mengidap cancer akibat konsumsi plastik,” tambahnya.
Ruslan Bian menambahkan, pelaksanaan bersih-bersih di Pantai
Kastela mencerminkan tanda-tanda
baik masyarakat akan peduli laut. Tanda baik ini ditinjukkan tingginya animo
masyarakat bergabung dan deklarasinyarelawan pandu laut.
“Kami berharap agar
relawan pandu laut ini bisa diinisiasi oleh DKP Malut. Sehingga ini menjadi
satu komunitas atau relawan yang legal. Tanpa mereka, tanpa ada
komunitas-komunitas legal yang cukup, maka sulit untuk kita hasilkan regulasi
terkait dengan kebersihan, baik di pesisir maupun laut,” kata Kepala DKP Kota
Ternate itu.
![]() |
Kepala DKP Kota Ternate, H. Ruslan Bian (kiri) ikut ambil bagian. Dia bersama dua rekannya mengangkat sampah kemudian menaruh tempat penampungan sementara untuk diangkut ke TPA. |
Menurutnya,
permasalahan mendasar saat ini regulasi dan minimnya ketersediaan tempat
pembuangan akhir sampah. “Apalagi produksi sampah di Kota Ternate semakin tinggi
seiring laju pertumbuhan penduduk,” katanya.
Ruslan bilang, regulasi
pengurangan produksi sampah sangat penting. Campur tangan atau peran aktif
pemerintah daerah memikirkan tempat pengganti TPA di Takome adalah langkah nyata easy cycle mikro plastik.
“Produksi sampah kita
semakin meningkat, tapi apakah pernah kita pikirkan kalau TPA yang di Takome
itu mulai sempit. Dan itu kalau penuh dua tiga tahun kedepan, kita mau buang
dimana lagi ?,” tanya Ruslan.
“Jadi kedepan, para relawan
ini bisa diinisiasi oleh provinsi sehingga kedepan betul-betul tercatat dan terdata.
Bila perlu ada gerakan atau terobosan untuk bisa hasilkan satu reglasi. Hanya regulasi
yang bisa mengerem laju produksi sampah, terutama sampah plastik”. (ko/red/adv)