Perkuat Sejarah Jalur Rempah Lewat Festival dan Olahan Makanan

![]() |
Foto Bupati Danny Missy saat menjadi pembicara di acara Coffee Break. Buapati Danny diundang Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. |
JAILOLO, BRN –
Pemerintah Halmahera Barat punya cara tersendiri untuk meningkatkan kapasitas pemahaman
masyarakat dan generasi muda mengenai sejarah jalur rempah. Diantaranya
menggelar Festival Kepulauan Rempah dan mengajak masyarakat membuat kue dan
minuman rasa pala dan cengkih.
Festival
Kepulauan Rempah itu bertujuan untuk mentransfer dan me-review kembali ingatan generasi muda tentang sejarah rempah-rempah,
termasuk potensi budaya. Sedangkan olahan makanan dan minuman dari pala dan
cengkih tersebut meliputi teh rempah, kopi rempah dan kue rempah.
“Makanan
dan minuman dengan campuran pala dan cengkih ini kemudian dikemas dalam bentuk kemasan
makanan atau minuman yang ditingkatkan hingga pada tahapan ekspor,” kata Danny
Missy saat menjadi pembicara di Coffee Break yang disiarkan
langsung Stasiun TV One, Senin (20/7) kemarin.
Bupati
Halmahera Barat ini mengemukakan, festival yang mengangkat potensi rempah di
wilayah Halmahera Barat tersebut salah satu dari rangkaian gelaran Festival
Teluk Jailolo 2020, termasuk festival 7 suku atau rera tumding.
Pergelaran
FTJ ini lanjut Danny, disponsori langsung Direktorat
Jenderal Kebudayaan Kemendikbud RI. Maluku Utara menurut Danny
Missy, merupakan daerah yang memiliki kekayaan rempah, seperti cengkih, pala, dan
lada.
“Kala
itu rempah-rempah ini diperebutkan bangsa eropa (portugis, belanda, dan spanyol).
Wilayah Maluku Utara dinamakan jalur rempah,” katanya.
Orang nomor
satu di Halmahera Barat itu mengatakan harus ada kerjasama antar daerah untuk
mengangkat kembali sejarah kepualaun rempah. “Dari berbagai kegiatan festival
yang kita angkat, dengan sendirinya muncul permainan tradisional dan ada juga
bahasa bahasa yang sudah hampir punah itu muncul lagi. Dan inilah yang harus
kita kembangkan dalam rangka mengulas kembali sejarah rempah dan ketersambungan
budaya di Indonesia Timur,” katanya.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid
menegaskan, jalur rempah merupakan sebuah sejarah yang tidak boleh hilang ditelan
perkembangan zaman. Kemendikbud menargetkan pada 2024 bisa menominasikan jalur
rempah menjadi warisan dunia yang diakui oleh UNESCO.
Penguatan dominasi jalur rempah menjadi warisan dunia yang
diakui oleh UNESCO lanjut Hilmar, sudah dilakukan pendataan dan riset, termasuk
mengumpulkan hasil dan temuan tentang sejarah rempah-rempah.
“Sudah dilakukan dua tahun terakhir. Harapan
dalam program ini kedepannya adalah kita ingin sekali jalur rempah ini bukan
hanya untuk kepentingan sejarah yang sifatnya masalalu, tetapi juga untuk zaman
sekarang,” katanya.
Menutu
Hilmar, rempah-rempah tersebut dapat meningkatkan daya tahan tubuh, apalagi
saat ini virus corona masih mewabah Indonesia. Manfaat atau khasiat dari rempah-rempah
tersebut kata Hilmar, mulai diexplorasi oleh Kementerian Pertanian dan Kementerian
Kesehatan untuk kepentingan riset.
“Kita berharap potensi
rempah yang kita miliki saat ini punya kontribusi terhadap kesehatan global,
dan itu sudah dilakukan selama ratusan tahun. Dan rempah rempah ini punya khasiatnya
bermacam-macam, baik bumbu penyedap makanan maupun pengobatan herbal. Negeri
dengan keanekaragaman budaya yang luar biasa tidak seperti tambang, kalau
semakin digali semakin habis. Kalau budaya semakin digali semakin banyak yang
keluar, jadi ini saya kira untuk masa depan Indonesia,” katanya. (an/red)