Brindonews.com
Beranda Opini Maya Dira, Putri Kayoa ke Panggung Dunia

Maya Dira, Putri Kayoa ke Panggung Dunia

Maya Dira Suriandi (foto di Jepang/dok, Pribadi)

Oleh: Askim Kanshu

“Mimpi adalah kunci

untuk kita menaklukkan dunia

Berlarilah tanpa lelah

sampai engkau meraihnya,”

—Penggalan lirik Lagu Nidji, Laskar Pelangi

Di sebuah sudut sunyi Desa Ngokomalako, Kayoa Utara, pada 10 Desember 2010 lahirlah seorang anak perempuan yang kelak memijarkan nama Halmahera Selatan dan Maluku Utara di panggung internasional. Dialah Maya Dira Suriandi.

Petikan lirik lagu Nidji seolah menemukan wujudnya pada diri putri sulung dari tiga bersaudara pasangan Suriandi Sabtu dan Gamar Anwar itu. Dalam kesederhanaan hidup keluarga petani, Maya tumbuh dengan mimpi yang tak pernah layu, dan kecerdasan yang sejak kecil telah menjadi buah bibir masyarakat desa.

Namanya melesat cepat. Dari pelataran SDN 87 Ngokomalako hingga ruang-ruang kelas SMP Albinari Laromabati, prestasi Maya seolah menjadi bukti bahwa “mimpi adalah kunci”—bahkan ketika dunia bermula dari desa kecil di Halmahera Selatan. Juara 1 dan 2 menjadi teman akrab yang selalu menunggu di pengumuman nilai.

Kini, ketika ia duduk di kelas XI SMA Negeri 3 Kota Ternate, Maya menorehkan daftar prestasi yang membuat banyak orang terpanggil menunduk hormat.

Deretan medali emas berhasil ia genggam: Olimpiade Juara Nasional Biologi 2025, Kompetisi Nasional Indonesia Bidang Biologi 2025 plus Piala Juara Utama, Indonesian Intelligence Student Competition 2025, hingga akhirnya ia terpilih menjadi Delegasi Indonesia di Japan International Education Summit (JIES) 2025.

“Maya juga ikut lomba penulisan puisi dan sastra dan mendapat medali, tapi pengirimannya belum tiba. Jadi medalinya empat,” tutur ayahnya, 19 November.

Menjemput Langit Jepang

Pada 13 November, Maya memulai perjalanannya menuju Jepang dari Bandara Sultan Babullah, Ternate, menaiki pesawat Lion Air untuk bergabung dengan delegasi nasional lainnya. Dari Bali, mereka bertolak bersama menuju Negara berjuluk Negeri Sakura itu.

JIES 2025 dijadwalkan berlangsung pada 17–25 November 2025 di sejumlah wilayah seperti Tokyo, Saitama, Chiba, Ibaraki, hingga Yamanashi, di kaki megah Gunung Fuji. Tahun ini JIES mengusung tema “Building Bridges Through Education, Culture and Youth Leadership”—sebuah gagasan besar tentang membangun jembatan pemahaman lintas bangsa melalui pendidikan, kebudayaan, dan kepemimpinan pemuda (Guidebok Garuda Nusa-JIES 2025).

Di Jepang, Maya akan mengikuti Innovation and Invention Competition on SDGs, International Volunteer Program, hingga Intercultural Exchange. Penetapannya sebagai delegasi tertuang dalam surat resmi Garuda Nusa Youth Development Center Foundation, lembaga yang diakui Kementerian Hukum dan HAM RI, ditandatangani CEO Anton Agus Setiawan, pada 6 Oktober 2025.

Bahagia yang Mengalir ke Sekolah, Daerah, dan Rumah

Kabar terpilihnya Maya sebagai delegasi internasional datang mengejutkan pihak sekolah. Kepala Sekolah SMAN 3, Karim Nahrawi, tak kuasa menyembunyikan kebahagiaannya:  “Kami sangat bangga. Ini pertama kalinya ada siswa SMAN 3 yang menembus ajang internasional.”

Dengan nada bercampur bangga dan takjub, Karim menceritakan bagaimana Maya mendaftar secara diam-diam melalui situs daring, melewati seluruh tahap seleksi tanpa banyak bicara—seakan menjalani pesan lagu: berlarilah tanpa lelah sampai engkau meraihnya.

Karim menambahkan bahwa siswa seperti Maya merupakan aset yang harus diberi ruang tumbuh: “Saya berharap para siswa bertalenta mendapatkan dukungan nyata, agar semakin banyak anak Maluku Utara yang dapat berlomba membawa nama daerah ke kancah internasional.

Perjalanan Maya ke Jepang turut disponsori Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan, sementara sekolah menyuntikkan dukungan moral sepenuhnya. Kepala Dinas Pendidikan Halmahera Selatan, Siti Khodijah, menyebut keberangkatan Maya sebagai wujud komitmen pemerintah daerah membangun sumber daya manusia generasi muda.

Orang tua Maya pun tak kuasa menahan haru. “Kami sangat bersyukur. Terima kasih kepada Pak Bupati dan Ibu Kadis Pendidikan Halmahera Selatan yang telah membantu hingga Maya bisa berangkat. Ini kebanggaan bagi keluarga dan masyarakat Halmahera Selatan,” tutur sang ayah.

Mimpi Seorang Gadis Petani

Di balik semua pencapaiannya, Maya tetaplah remaja sederhana yang tumbuh dari keluarga petani. Namun cita-citanya merentang jauh, menembus batas-batas yang tak dapat ditakar harta. “Jepang bersih sekali, Mama. Suatu saat nanti saya ingin melanjutkan pendidikan di sini,” katanya, ditirukan ibunya, pada 18 November.

Menjelang keberangkatannya, Maya berkata lirih namun teguh: “Saya ingin belajar lebih banyak tentang teknologi dan budaya Jepang. Semoga pengalaman ini bisa menginspirasi teman-teman di Halmahera Selatan untuk terus berprestasi.”

Kini, dengan langkah ringan, ia meninggalkan tanah kelahirannya—membawa harapan orang tua, sekolah, dan daerah. Perjalanannya adalah perwujudan dari pesan lagu Nidji: mimpi boleh lahir dari tempat paling sederhana, namun dengan keberanian, ketekunan, dan hati yang bersih, seorang gadis dari ujing timur Indonesia mampu menapaki panggung dunia.

Maya Dira Suriandi telah membuktikan bahwa cahaya tak pernah bertanya dari mana asalnya, melainkan hanya meminta satu hal: beranilah bermimpi, lalu berlarilah tanpa lelah untuk meraihnya.*

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan