Brindonews.com






Beranda Headline Kasus Bullying di SMPN 6 Ternate: Korban Diancam Dipenjara dan di DO dari Sekolah

Kasus Bullying di SMPN 6 Ternate: Korban Diancam Dipenjara dan di DO dari Sekolah

Pihak sekolah SMP Negeri 6 Kota Ternate menjenguk S di rumah sakit. Pihak sekolah juga melunasi biaya rumah sakit.

TERNATE, BRN – Kabar miris kembali menyapa dunia pendidikan Kota Ternate. Seorang siswa kelas VIII di SMP Negeri 6 Kota Ternate berinisial S harus dirawat di rumah sakit setelah menjadi korban kekerasan dari gurunya, Haji Halik.

Haji Halik merupakan Ketua Bidang Kesiswaan SMP Negeri 6 Kota Ternate.





Kekerasan yang dialami S terjadi pada Sabtu 15 Juli 2023. Bermula dari adik sepupu S mendapat verbal bullying dari ZS pada Jumat 14 Juli. ZS juga diduga mem-bullying S dengan ucapan tak sepantasnya.

“Masalah itu di hari Jumat, cuma saya pe ade baru cerita di hari Sabtu. Saya pe ade bilang dia dapat bully,” cerita S saat disembangi di rumah sakit, Senin 31 Juli.

Mendengar cerita sang adik, S bermaksud menanyakan dengan mengajak adiknya mempertemukannya dengan ZS.





“Saya kasana cuma tanya, kenapa sampe kase keluar kata-kata bagitu (maaf tidak disebutkan karena alasan tertentu). Dia (ZS) tanya ngana siapa, saya bilang kalau saya dia pe kaka. ZS langsung bilang pantas ade-kaka kong sama. Terus saya bilang, kalau bicara yang bae-bae,” jelasnya.

S dan ZS sempat adu mulut. ZS lalu menarik rambut S hingga terjatuh. S kemudian bangun dan membalas. Keduanya kemudian terlibat perkelahian. S dan ZS dilerai oleh kakak kelas yang berada di sekitar.

ZS lalu di bawah ke kantor sekolah, sedangkan S diamankan oleh kakak kelasnya di sebuah pangkalan ojek tak jauh dari sekolah. Tak berselang lama, seorang guru memanggil S masuk ke kantor sekolah.





Di dalam kantor sudah ada ibu ZS. S kemudian meminta untuk memanggil ibunya namun pihak sekolah menolak. Pihak sekolah beralasan kehadiran ibu S hanya memperkeruh dan membesarkan masalah.

“Waktu masuk itu so (sudah) ada dia (ZS) pe mama. Terus saya bilang ibu (guru), tunggu saya pangge saya pe orang tua lagi, karena dia ada orang tua. Ibu guru bilang tara (tidak) usah pangge (panggil) orang tua nanti masalah tambah basar,” cerita S.

Sesudah itu, salah satu guru yang berada di kantor sekolah menanyakan kronologi. S lalu menjelaskan sebab kejadian.





“Tapi ZS bilang dia pe mama bahwa dia dapa borong, padahal tarada,” tandasnya.

Setelah menjelaskan kronologi, oknum guru yang menanyakan ihwal kronologi kejadian itu meninggalkan kantor dan pulang. Tersisa dirinya dan ZS di dalam kantor.

“Saya deng ZS dudu-dudu di ruangan (kantor sekolah). Abis itu Pak Haji Halik datang, tara tanya lagi langsung angka saya pe dagu baru lap (tampar). Saya pusing. Abis itu Pak Haji Halik kaluar,” jelasnya.





Belum kelar di kantor sekolah, S dan ZS dipanggil lagi menghadap ke bagian kesiswaan. Di hadapan Iki, salah satu anggota bidang kesiswaan SMP Negeri 6 Kota Ternate, S bercerita kembali sebab kejadian.

Di saat bersamaan, ibu, ayah dan nenek ZS datang dan langsung masuk ke dalam ruangan kesiswaan. Nenek ZS yang dimaksud adalah Hj. Dar, guru komputer SMP Negeri 6 Kota Ternate.

S bahkan tidak diberikan kesempatan untuk membela diri dan selalu disudutkan. S juga diancam dipenjarakan dan akan dikeluarkan atau drop out (DO) dari sekolah.





“Saya kase cerita tapi dong potong. Dia pe nene bolom tanya bae-bae lagi langsung bilang, ngana ini harus kaluar dari sekolah. Ibu so tara mau lia lagi ngana di sekolah (SMP Negeri 6 Kota Ternate). Besok, hari Senin harus kaluar dari sekolah. Ngana ini pantas dapa penjara dua tahun,” cerita S mengulangi perkataan Haji Dar.

Ibu S, Susan Tomagola saat ditemui di rumah sakit mengatakan, dirinya tidak sama sekali dilibatkan dalam penyelesaian masalah yang menimpa anaknya.

Susan lantas sangat menyangkan sikap guru yang bertindak premanisme terhadap anaknya itu. Pihak sekolah terkesan mengkambinghitamkan anaknya.





Nurdewa, Ketua LSM Daurmala membantu dengan memegang tangan S yang hendak turun ranjang. Dari belakang tampak Haji Halik, Ketua Bagian Kesiswaan SMP Negeri 6 Kota Ternate yang diduga menampar S hingga masuk rumah sakit.

 

Lapor Polisi

Susan mengaku keberatan atas perlakuan terhadap anaknya dan sikap pihak sekolah yang terkesan melepas tangan sehingga memutuskan membuat laporan polisi pada Jumat 22 Juli.





“Besoknya Sabtu 23 Juli pihak sekolah datang di rumah. Tapi sebelum itu pihak polisi sudah datang di sekolah. Pasca kejadian pihak sekolah tidak sampai di rumah, mereka anggap bahwa anak saya tidak mengalami apa-apa,” katanya.

Awalnya, kata Susan, berkeinginan menyelesaikan secara kekeluargaan dengan pihak sekolah. Hanya saja tidak terwujud karena gelagak pihak sekolah seolah menganggap enteng persoalan.

“Saya mau damai karena sudah ditangani polisi. Karena di satu sisi, anak saya masih mau sekolah. Saat dimediasi oleh Pak Tomi (Anggota Polres Ternate), Pak Hi Hali juga ada. Di situ saya minta biaya pengobatan Rp2,5 juta tapi ditolak. Pak Haji Halik bilang‘kalau tadi ibu mengatakan Rp250 ribu, hari ini juga, detik ini saya kasih’. Paitua pe bahasa seakan-akan saya manfaatkan keadaan,” ujarnya.





Pada Selasa 25 Juli, kata Susan, S dilarikan ke rumah sakit lantaran pipi kiri, bekas tamparan Haji Halik sakit. S dirawat di rumah sakit terhitung sejak 25 Juli sampai 31 Juli. “Rasa sake itu pas subuh. Tadi Ibu Nela so telepon pihak sekolah suru tanggung biaya rumah sakit,” ucapnya.

Kepala SMP Negeri 6 Kota Ternate, Astuti Jumati dikonfirmasi tidak meberikan penjelasan apa-apa. Brindonews kembali menyembanginya di rumah sakit pun sama, memilih no comment.

No comment,” singkatnya. *





Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan