Brindonews.com


Beranda Daerah Gelar Dialog Perkuat Solidaritas Sesama Organisasi

Gelar Dialog Perkuat Solidaritas Sesama Organisasi

Suasana dialog. Dialog publik lintas organisasi ini menghadirkan dua narasumber. Keduanya adalah Koordinator JMMU Hermin Koda dan Dr. Syarir Ibnu. 

TERNATE, BRN – Jaringan Muda Maluku Utara (JMMU) menggelar dialog publik lintas organisasi. Acara yang melibatkan OKP, OKK, dan cipayung se-Maluku Utara itu dipusatkan di Kedai Kenari, Kamis (7/11) kemarin. 

Koordinator JMMU, Hermin Koda menyatakan, kegiatan bertajuk ‘Potret Gerakan Mahasiswa dan Masa Depan Pembangunan Maluku Utara’  itu bertujuan untuk membangkitkan animo gerakan mahasiswa dalam merespon dinamika sosial di Maluku Utara, harus butuh solidaritas yang kokoh antar sesama organisasi dalam dunia pergerakan.





Menurutnya, budaya dialog publik seperti ini harus dilakasanakan agar solidaritas sesama organisasi terpupuk dalam satu bingkai yang kuat sehingga mampuh meperjuangkan hak-hak rakyat.

“ Dalam dunia gerakan, sudah tentunya kita harus berkolaborasi antara sesama organ intra maupun ekstra. Menyamakan pandangan dan persepsi, apalagi begitu banyak permaslahan tidak henti-hentinya terjadi di Malut,” tukasnya.  

Anjloknya harga kopra dan pengususuran lahan adalah dua diantara dari berbagai dinamika atau kesejangan masih di temukan di Malut. Seta penanaman kelapa sawit hingga begitu banyak tambang yang diduga tanpa surat izin operasi tapi sengaja didiamkan oleh pemerintah daerah. 





“ Dari beberapa indikator ini, sebagai mahasiswa dan kaum muda di negeri Malut, ada keterpanggilan moril secara bersama-sama, komitmen serta menggalang kekuatan akar rumput sebagai langkah taktis mengatasi hal tersebut,” tambahnya.  

Sementara itu, Syarir Ibnu menyentil eksistensi mahasiswa di era melenial. Menurutnya, selain dipengaruhi canggihnya jaman, perubahan pola pikir atau mindset paradigma lebih jauh berubah akibat faktor jaman. 

Syarir menuturkan, gerakan-gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan aktif kemahasiswaan dari dalam maupun di luar perguruan tinggi.  Fase ini dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, peningkatan intelektual, kapabilitas maupun kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya.





“ Artinya, selain berkutat dengan teori, mahasiswa dituntut turun ke masyarakat lewat strategi live-in dengan melakukan aktivitas sosial-politik demi menciptakan kesadaran politik pada massa dan keyakinan atas kekuatannya. Melakukan berbagai kajian dan membentuk opini publik menjadi penting untuk memperkuat argumen dan memperluas kesadaran, khususnya menjadi pencerdasan bagi masyarakat Malut,” urainya. (release)

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *