Brindonews.com
Beranda News Cerita Kesulitan 7 Petahana di Malut Cari Pendukung Partai

Cerita Kesulitan 7 Petahana di Malut Cari Pendukung Partai

HELMI ALHADAR

TERNATE, BRN – Helmi
Alhadar mengemukakan, calon petahana tak selamanya diuntungkan dalam setiap pertarungan
politik atau gelaran pemilu. Pengamat politik di Maluku Utara ini melihat penyebab
salah satunya adalah mencari dukungan partai.

Helmi mencontohkan
Dani Missy, Bupati Halmahera Barat. Bupati aktif ini terlihat begitu kesulitan
mempertahankan posisinya yang masih berkuasa. Belum lagi beberapa partai
pendukung pada pencalonan periode pertama memilih putar haluan.





“(ini)
setelah sang bupati didemo oleh masyarakat dan mahasiswa akibat meninggalkan
daerahnya yang sedang ramai-ramainya diserang isu corona,” kata Helmi, dalam release
yang diterima brindonews.com, Ahad (12/7) sore.

“Meskipun
akhirnya Dani Missy masih akan ikut bertarung karena kemungkinan besar masih
akan diusung PDIP, PAN dan PKS,” lanjutnya.

Dosen Fakultas
Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Maluku Utara ini mengemukakan,
Halmahera Barat berbeda dengan di Pulau Taliabu. Aliong Mus justru terkesan begitu
percaya diri menghadapi pemilihan bupati tanpa rasa cemas.





Bahkan
sambung Helmi, isu Nurahma Mus (istri AHM) maju bertarung di Taliabu hanya skema mengantisipasi
sang petahana melawan kotak kosong.

“Kendati sang bupati (Aliong Mus) dikabarkan
meninggalkan wilyahnya dengan waktu yang lama tanpa alasan yang jelas,”
ucapnya.

Menurut
Helmi, Hendrata Thes akan menghadapi kesulitan yang cukup besar 
diantara tujuh
calon petahana dari delapan kabupaten kota yang berhajat pilkada di Maluku Utara.





Sang incumbent bukan hanya berhadapan dengan pendatang
Fifian Mus, namun juga harus menghadapi pergolakan internal Demokrat, termasuk
tidak mengakomodir harapan Fahri Sangaji yang ingin mendampingi Nurahma Mus sebagai
wakil bupati di Taliabu.

“Fifian
Mus yang pasti masih punya pendukung yang besar dan militan di Kepulauan Sula,
karena 10 tahun sebelumnya kakanya Ahmad Hidayat Mus (AHM) memimpin disana,”
katanya.

Terancam Tanpa Petahana





Helmi mengatakan,
suksesi Pilkada Serentak 2020 di Halmahera Selatan kemungkinan
tanpa petahana, Bahrain Kasuba. Terancamnya Bupati Negeri Saruma itu dikarenakan
belum menunjukkan akan mendapatkan dukungan partai politik.

“Bahrain
Kasuba dalam posisi kritis, karena kemungkinan untuk tidak bertarung di Pilkada
Halmahera Selatan sangat mungkin terjadi, mengingat jumlah kursi partai tersisa
sudah sangat pas-pasan,” sebutnya.

Ia menambahkan,
setelah Golkar memilih mendukung pasangan Usman-Bassam boleh dibilang
membuka lebar peluang Pilkada di Halmahera Selatan tanpa sang petahana. Padahal kata dia,
Bahrain punya popularitas dan elektablitas masih cukup tinggi.





“Apalagi
sebelumnya Bahrain gencar diisukan akan dipasangkan dengan Umar Soleman, yang
notabanenya figur atau kaders Golkar. Paling tidak untuk pendukungnya yang belum
lama ini masih sangat cukup optimis bahwa Bahrain akan melanjutkan kekuasaannya,”
katanya.

Helmi menyebut,
konstalasi politik di Halmahera Selatan dan di Halmahera Utara sedikit berbeda.
Frans-Muhlis malah mendapat dukungan partai, salah satunya Golkar.

“Padahal
sebelumnya sang incumbent (Frans-Muhlis) yang banyak disorot oleh masyarakat karena
berbagai persoalan yang mencuat. Bahkan sampai ada yang mnduga kalau pasangan
Frans-Muhlis kemungkinan akan melawan kursi kosong,” ujarnya.





“Sementara
Muhammad Hasan Bay (MHB) meskipun bukan petahana, namun memiliki popularits dan
elektabilitas yang cukup tinggi dan dikenal dekat dengan Wali Kota Ternate,
Burhan Abdurahman yang sekarang terkesan masih kesulitan dapat partai pengusung.
Meskipun begitu, saya masih sangat yakin MHB masih akan menjadi salah satu
kontestan yang cukup disegani di Pilwako Ternate. Alhasil, politik memang kadang
aneh, unik, cair, dinamis dan penuh misteri,” sambungnya. (brn)





Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan