Brindonews.com
Beranda News Alasan Pria Cenderung Bunuh Diri

Alasan Pria Cenderung Bunuh Diri

Jakarta,
Brindonews.com
– Jumlah selebriti yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya
dengan bunuh diri semakin bertambah. Jumat (21/7), dunia dikejutkan dengan
kabar vokalis Linkin Park Chester Bennington yang bunuh diri dengan menggantung
diri di usianya yang ke-41.





Sebelumnya
sederet selebriti dunia juga melakukan bunuh diri karena berbagai alasan. Sebut
saja Chris Cornell, desainer Alexander McQueen, David Carradine, dan juga
komedian Robin Williams.

Kondisi
ini membuat banyak orang bertanya, mengapa laki-laki lebih banyak bunuh diri
dibanding perempuan? Sebenarnya sudah sejak lama bunuh diri dikaitkan dengan
isu gender, dan hal ini dikenal sebagai paradoks gender tentang perilaku bunuh
diri.

Padahal,
penelitian menunjukkan bahwa perempuan sebenarnya sangat rentan terhadap
masalah psikologi seperti depresi yang bisa menjadi alasan bunuh diri. Di
masyarakat Eropa, tahun 2015 lalu, tingkat gangguan kesehatan mental cenderung
berkisar pada 20-40 persen lebih tinggi untuk perempuan dibanding laki-laki.





Angka
yang tinggi ini sebenarnya tak mengherankan jika banyak perempuan yang
cenderung punya pikiran untuk bunuh diri.

The
Adult Psychiatric Morbidity di Inggris melalui survei tahun 2007 menemukan
bahwa dari angka tersebut sekitar 19 persen perempuan sudah mempertimbangkan
kembali keinginannya untuk bunuh diri. Sedangkan pria, hanya 14 persen.

Survei
tersebut juga menemukan bahwa sekitar 7 persen perempuan dan 4 persen pria
pernah mencoba bunuh diri di beberapa titik tertentu dalam hidup mereka.





Namun
kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya. Dari 5.981 angka kematian akibat
bunuh diri di Inggris pada 2012 lalu menemukan fakta bahwa lebih dari tiga
perempatnya(4.590 orang) adalah laki-laki. Sedangkan di Amerika Serikat, pada
2010, dari 38 ribu orang yang bunuh diri, 79 persennya adalah laki-laki.

Sebuah
paradoks yang aneh, jika lebih banyak perempuan yang memiliki alasan untuk
bunuh diri, lalu mengapa justru laki-laki yang lebih banyak meninggal karena
bunuh diri?

Mengutip
The Guardian, hal ini disebabkan oleh metode bunuh diri yang dilakukan. 





Saat
mencoba bunuh diri, perempuan cenderung menggunakan cara tanpa kekerasan,
misalnya minum racun atau overdosis. Namun sebaliknya, laki-laki lebih memilih
untuk menggunakan cara yang lebih ‘kejam’ misalnya senjata api atau gantung
diri untuk menyebabkan kematian seketika.

Di
Inggris, sekitar 58 persen kasus bunuh diri pria disebabkan karena gantung
diri, cekikan, atau mati lemas. Sedangkan 43 persen perempuan yang bunuh diri,
36 persennya menggunakan racun.

Pola
yang nyaris mirip juga ditemukan di AS. Sekitar 56 persen pria yang bunuh diri
memilih memakai senjata api. Sedangkan 37,4 persen perempuan menggunakan racun.





Ada
teori yang mengungkapkan alasan mengapa metode bunuh diri laki-laki dan
perempuan berbeda. Salah satunya adalah karena pria lebih bertekad untuk mati.

Teori
kedua yang beredar adalah karena impulsivitas, atau kecenderungan untuk
bertindak tanpa berpikir jernih soal konsekuensinya. Pria dianggap lebih
impulsif dibanding perempuan, dan hal ini dianggap membuat pria lebih rentan
terhadap perilaku bunuh diri.

Impulsivitas
juga didukung oleh pengaruh alkohol. Studi menemukan bahwa beberapa pria
memutuskan untuk bunuh diri beberapa jam sebelum bunuh diri.  Kondisi ini juga terjadi pada Chester
Bennington. Sudah sejak lama Chester Bennington terlibat masalah alkohol dan
depresi.





Teori
ketiga soal bunuh diri ini terkait dengan budaya. Artinya, laki-laki dan
perempuan bertindak berdasarkan peran gender yang ditentukan secara budaya.

Menurut
teori ini, perempuan akan memilih metode bunuh diri yang bisa ‘menjaga penampilan
mereka’ dan meenghindari hal-hal yang menyebabkan kerusakan wajah. Hanya saja,
semuanya teori ini masih harus dibuktikan lagi. (cnn)





Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan