Brindonews.com
Beranda Daerah FK Unkhair dan Pemkab Morotai Gelar Workshop

FK Unkhair dan Pemkab Morotai Gelar Workshop

MOROTAI, BRN
– Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Khairun (Unkhair) Ternate dan Pemkab
Morotai workshop (pelatihan) dengan tema
“Pengantar Resusitasi Neonatus Untuk
Menaga Medis RSUD Morotai”
, Kamis (20/12) kemarin. Pelatihan dasar resusitasi
neonatus dibuka Sekda Morotai Muhammad M, Kharie.





Direktur
RSUD Chasan Boesoirie Ternate, Dr. Syamsul Bahri turut hadir pelatihan
tersebut. Pelatihan dengan tujuan menekan angka kematian bayi dan ibu hamil ini
FK Unkhair Ternate dan Pemkab Morotai menghadirkan tim dokter RSUP Cipto Mangun
Kusumo sebagai pelatih nasional. Diantaranya; Dr. Rina Rohsiswatmo, Dr. Ariyono
Hendarto, Dr. Rizalya Dewi, Dr. Fiva Aprilia Kadi, Dr. Eni Yantri, Dr. Mustarim,
Dr. Marhaeni Hasan, Dr. Syamsul Bahri MS Hi Idris, Dr. Andi Sitti Nur Afiah dan
Dr. Septa Ayu.





Sesuai
tujuan, para tenaga medis RSUD Morotai dilatih untuk menolong, cara menangani langkah
awal resusitasi
. Ini sebagai representase
47 kasus kematian bayi
baru lahir dan ibu hamil di Morotai selama dua tahun terakhirdi.  Di tahun 2017 23 kasus dan 24 kasus di tahun
2018.

Sekda
Morotai, Muhammad M Kharie menuturkan, secara umum pemerintah menaruh perhatian
besar di bidang kesehatan. Pemkab Morotai terus membangun infastruktur kesehatan
sebagai aplikasi keseriusan dalam bidang kesehatan.

“ Meski
hasilnya belum dinikmati secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat yang
berdomisili di wilayah terutama di wilayah sulit terjangkau, tetapi hasilnya
berhasil meningkatkan derajat kesehatan di Morotai,” ucap Sekda saat membacakan
sambutan Bupati Morotai, Benny Laos.





Saat ini,
peningkatan kapasitas kesehatan sangat dibutuhkan, baik di Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) maupun rumah sakit. Peningkatan kapasitas kesehatan ini
mengantisipasi kejadian yang memungkinkan terjadi secara tiba-tiba dan sangat
berbahaya.

Kejadian
itu, kata Sekda, misalnya gangguan kesehatan yang dapat mengancam keselamatan jiwa
bayi yang baru lahir. Sakit kritis pada usia 28 hari setelah lahir tentu membutuhkan
pengetahuan terutama mengenali perubahan psikologi dan kondisi phatologi yang
mengancam jiwa bayi.





“ Karena itu, peningkatan
sarana prasarana kesehatan di Morotai merupakan program prioritas, termasuk penyediaan
sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan berupa Puskesmas yang representatif,
penyediaan alat kesehatan, obat-obatan, dan ambulance. Namun yang utama dan lebih
diprioritaskan adalah peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, termasuk
ketersediaan tenaga kesehatan (medis, paramedis dan non paramedis),” katanya
sembari mengaku penting kegiatan ini digelar guna menekan kasus serupa terjadi
di masa yang akan datang. (Fix/red)





Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan