Enam Taksa Burung Baru Ditemukan di Taliabu

![]() |
Lima dari satu taksa burung baru yang ditemukan di Pulau Taliabu, Provinsi Maluku Utara |
Pusat
Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI bersama National University of Singapore,
Singapura, menemukan sepuluh taksa baru burung. Survei pada akhir tahun 2013
hingga awal tahun 2014 lalu di Provinsi Sulawesi Tengah dan Maluku Utara itu, enam diantaranya ditemukan di Pulau Taliabu, Maluku Utara.
Sepuluh
taksa baru tersebut terdiri dari lima jenis atau spesies baru dan lima subspesies.
Yaitu Rhipidura
habibiei sp.nov. (ditemukan di Pulau Peleng), Locustella portenta sp.nov.
(Taliabu), Myzomela
wahe sp.nov. (Taliabu), Phyllocopus suara merdu sp.nov.
(Peleng), Phylloscopus
emilsalimi sp.nov. (Taliabu), Phyllergates cuculatus sulanus subsp.nov
(Taliabu), Phyllergates
cucullats relictus subsp.nov. (Peleng), Cyornis omissus omississimus subsp.nov.
(Batudaka), Turdus
poliocephalus sukahujan subsp.nov. (Taliabu) , dan Ficedula hyperythra betinabiru subsp.nov.
(Taliabu).
LIPI
dalam keterangan tertulisnya, Selasa 14 Januari 2020, menyebutkan, lokasi
survei meliputi Pulau Peleng di Kepulauan Banggai dan pulau Batudaka di
Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah serta Pulau Taliabu di Kepulauan Sula, Maluku
Utara. Hasil penemuan ini telah ditulis bersama oleh Rheindt FE, Prawiradilaga
DM, Ashari H, Suparno, Gwee CY, Lee GWX, Wu MY dan Ng NSR serta dipublikasikan
dalam jurnal Science
Volume 367 pyang diterbitkan pada 9 Januari 2020.
Profesor
Riset Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, Dewi Malia Prawiradilaga
menjelaskan, banyaknya taksa burung baru yang ditemukan dari satu kali
ekspedisi ini baru terjadi lagi setelah lebih dari 100 tahun lalu pasca
ekspedisi Alfred R. Wallace. “Merupakan prestasi luar biasa dan sangat langka,”
katanya.
Kesepuluh
taksa baru menurut Dewi, dua nama jenis dari lima jenis burung baru
dianugerahkan kepada mendiang Presiden ketiga Republik Indonesia, B.J Habibie dan
tokoh cendekiawan Indonesia, Emil Salim. “Hal ini merupakan bentuk
penghargaan terhadap jasa-jasa kedua tokoh penting tersebut yang sangat peduli
terhadap lingkungan dan sangat perhatian terhadap masa depan bangsa,” ujar
Dewi.
Dia
berharap, penyematan nama kedua
tokoh tersebut diharapkan kedua nama besar itu tetap abadi untuk menjamin
kelestarian dan keberadaan kedua jenis burung tersebut di alam. “Kelestarian burung di alam
menjadi warisan yang bernilai tidak terhingga bagi generasi penerus bangsa,”
tutupnya. (brn)