Brindonews.com


Beranda News Ketakutan Orangtua Jadi Penyebab Turunnya Cakupan Imunisasi

Ketakutan Orangtua Jadi Penyebab Turunnya Cakupan Imunisasi

Ilustrasi kegiatan posyandu.

TERNATE, BRN– Ketua Ikatan Dokter Indonesia atau IDI Wilayah Maluku
utara, dr. Alwia Assagaf mengakui kalau pandemi Covid-19 mengakibatkan cakupan
imunisasi menurun hingga 85 persen.

Alwia mengemukakan,
semenjak mewabahnya virus corona di Maluku Utara berimbas pada pelaksanaan
imunisasi. Kegiatan posyandu bahkan sama sekali tidak dilakukan, dikarenakan puskesmas
melakukan penyesuaian seiring diterapkannya “New Normal” atau adaptasi kebiasaan baru.





Serangkaian
penyesuaian itu, lanjut Alwia, meliputi pembatasan kerumunan di tempat imunisasi.
“Kegiatan posyandu tahun ini (berkurang). Namun kemungkinan, ada pihak
puskesmas dengan melakukan sistim door to
door
di tiap-tiap rumah untuk memberi vaksin kepada masyarakat atau bayi dan
balita,” kata Alwia, Jumat (3/7).

Juru Bicara
Gugus Tugas Covid-19 Maluku Utara ini menyatakan, pelaksaan vaknisasi dengan
sistim door to door tersebut tetap
menerapakan atau mengikuti protokol kesehatan. Pakai masker, tidak bikin
kerumunan, jaga jarak dan mengenakan alat pelindung diri.

“(tetapi)
ada juga puskesmas mendatangi ibu dan bayi kemudian mengarahkan ke ambulance, namun petugas tetap memakai alat
pelindung diri lengkap. Ini merupakan cara atau langkah agar pemberian vaksin kepada
bayi tetap terlayani,” ucapnya.





Takut Ada Kontak Antara Anak dan Petugas

Dokter Alwia Assagaf. (dok. Haryani)

Alwia mengemukakan,
penurunan cakupan imunisasi yang mencapai di atas 50 persen itu dipicu oleh  kasus pandemi Covid-19 yang semakin meningkat.
Penyebab lainnya adalah ketakutan dan keraguan orangtua terhadap petugas
posyandu melakukan kontak dengan anak mereka.

“(sehingga)
ada anak/balita yang tidak di imunisasi. Tetapi para orangtua takutkan kalau
anak mereka tidak di imunisasi secara lengkap nanti ada infeksi berat dan akan
terjangkit. Misalnya TBC, polio, campak, hepatitis dan ada beberapa penyakit
lain yang itu ditakutkan kalau nanti terjangkit kepada anak-anak, karena sangat
rentang terhadap anak-anak,” sebutnya.





Ia mengatakan,
mengenai pelaksaan imunisasi ditengah wabah virus corona disesuaikan dengan
situasi. Penyesuaian kondisi ini sesuai anjuran Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

“Dari
awal (saat peningkatan kasus positif Covid-19), pihak kementerian kesehatan sudah
memberikan anjuran kalau kegiatan posyandu tetap melihat situasi. Memang (kegiatana
posyandu) kalau kumpul sampai banyak orang, akan ditunda atau di cari cara lain
sampai puskesmas bisa sampai ke tempat sasaran,” ucapnya.

Corona Juga Menginfeksi Balita dan Anak





 

Ilustasi anak sekolah. (kompas.com)

Alwia
menyatakan, pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Maluku Utara bukan hanya orang
dewasa saja, juga terdapat pasien bayi usia 4 bulan dan anak-anak usia sekolah
dasar.





Dengan pertimbangan
ini, kata Alwia, pihak IDI menyarankan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi
Maluku Utara memperitmbangkan wacana pengaktifan kembali kegiatan belajar
mengajar di sekolah.

Tahun ajaran baru 2020/2021 yang dimulai pada
13 Juli 2020 tersebut, lanjutnya, memungkinkan terjadinya kerumunan. Pertimbangan
agar sekolah tidak di buka dulu, sambungnya,
sesuai harapan  dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.

“IDI
juga tidak setujuh khususnya di Wilayah Maluku Utara, dimana IDI menganjurkan
agar sekolah tidak di buka dulu. Karena Maluku Utara masih pada posisi lonjakan
kasus positif Covid-19 yang begitu tinggi,” sebutnya. (han/red)





Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *