Brindonews.com
Beranda Daerah Halmahera Selatan DPRD Panggil Direktur RSUD Labuha Bahas Kelangkaan Obat Kronis

DPRD Panggil Direktur RSUD Labuha Bahas Kelangkaan Obat Kronis

Direktur RSUD Labuha, Halmahera Selatan dr. Titin Andriani

HALSEL, BRN – Komisi I DPRD Kabupaten Halmahera Selatan memanggil direktur RSUD Labuha dr. Titin Andriani untuk mencari jalan keluar ketersediaan obat kronis di rumah sakit setempat yang belakangan dikeluhkan warga.

Ketua Komisi I DPRD Halmahera Selatan Munawir Bahar mengatakan, keterbatasan stok obat kronis di RSUD Labuha harus menjadi perhatian serius pemerintah daerah untuk mencukupi kebutuhan pasien.

Itu sebab kata Munawir, pemanggilan terhadap dr Titin Andriani selaku direktur RSUD untuk sama-sama mencari jalan keluar agar mencukupi kebutuhan obat di RSUD Labuha.

Menurut Munawir, perencanaan RSUD Labuha untuk mencukupi kebutuhan obat-obatan harus dibuat secara matang. Sebab, kata dia, nyawa warga harus tertolong ketika berobat dengan kecukupan obat yang tersedia di RSUD.

“Keterbatasan obat kronis tidak boleh terus berulang. Ini soal nyawa dan keberpihakan pada masyarakat kecil. Perencanaan harus lebih matang,” kata Munawir usai rapat di ruang Komisi I DPRD setempat, Rabu, 11 September.

Direktur RSUD Labuha dr. Titin Andriani menambahkan, tangungan obat kronis yang harus didapatkan oleh warga menjadi tangung jawab pihak BPJS. Meski begitu, ada aturan yang mewajibkan pengambilan hanya berlaku selama tujuh hari.

“Pasien jantung misalnya, harus minum obat setiap hari. Tapi hanya bisa ambil tujuh hari. Setelah itu harus kembali lagi, bagi pasien di pulau, ini beban berat,” jelasnya.

Titin mengemukakan, sistem klaim BPJS memang hanya bisa didapati resep obat seusi yang masuk standar Formularium Nasional. Selebihnya, pasien harus membeli sendiri tanpa ditanggung BPJS.

“Kalau ingin gratis, harus tiap tujuh hari datang. Kalau tidak, pasien dipaksa merogoh kocek, itu fakta di lapangan. RSUD Labuha tetap berusaha mengambil peran. Banyak pasien menolak rujukan keluar daerah karena terkendala biaya. Maka kami berupaya menyiapkan obat meski menambah beban operasional. Kami tidak bisa menutup mata dengan kondisi sosial ekonomi pasien,” ucapnya. (al/red)

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan