Di Terpa Isu Gempa, Warga Minta Bupati Copot Kaban BPBD

![]() |
Ilustrasi magnitudo gempa bumi. |
MOROTAI, BRN – Warga Desa Juangan Kecamatan Morotai
Selatan tiba-tiba lari berhamburan dan hendak mengungsi di tempat yang aman. Peristiwa
yang terjadi pada Rabu (17/10) malam ini belum ketahui pasti apa penyebabnya.
Belakangan diketahui, kepanikan dan rasa
takut para warga itu ditengarai adanya kabar/isu terjadi gempa bumi. Pantauan media
ini di lokasi, puluhan warga Desa Juanga berhamburan keluar rumah dan memilih
mengungsi ketimbang berdiri di rumah.
Dari amatan koran ini, Rabu (17/10) malam
puluhan warga Juanga berhamburan keluar rumah untuk mengungsi, namun anehnya
saat warga dilanda kenapikan tidak terlihat satu pun petugas BPBD di sana.
“ Kami dengar dari orang-orang, air laut
di kampung kami naik dan akan terjadi tsunami, jadi kami keluar mau mengungsi,”
kata sejumlah warga Juanga.
Para warga mengaku memilih keluar rumah
karena trauma dengan bencana tsunami yang melanda Kota Palu, Propinsi Sulawesi
Tengah (Sulteng) dan Lombok, NTT belum lama ini.
“ Bencana di dua daerah tidak
disangka-sangka, jadi bisa jadi bencana terjadi di Morotai, untuk itu kami
memilih keluar rumah, karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” kata
warga.
Meski bagitu, dari amatan tersebut tidak
terlihat satupun petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat
turun di lokasi. Kepanikan serupa dialami warga Desa Mandiri, Totodoko dan
Joubela, Kecamatan Morotai Selatan (Morsel). Warga di tiga desa ini memilih
mengungsi di pegunungan karena adanya guncangan gempa bumi bermagnitudo kecil.
![]() |
Warga Desa Juanga yang berhamburan ke luar saat mendengar isu tsunami, Rabu (17/10) malam |
Hingga berita ini di publish, belum ada
keterangan resmi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Berapa magnitudo gempa kecil yang mengguncang tiga desa di Kecamatan Morotai Selatan seta pusat atau epicentrum gempa itupun belum belum di ketahui.
Sementara itu
Di tengah-tengah kepanikan, serta tidak
adanya sikap tanggap darurat atau langkah mitigasi BPBD setempat membuat
koordinator Pemerhati Bencana Morotai, Rizal Ode angkat bicara. Menurutnya,
Bupati Morotai, Benny Laos patut mengevaluasi kinerja Kaban BPBD, Dalik Gafur. Bahkan,
Rizal meminta kepada bupati segera mengganti Dalik Gafur karena dianggap tidak
mampu menjalankan tugas dan tanggungjawabnya.
“ Bila
perlu Bupati ganti saja dengan orang lain. Selaku pimpinan BPBD harus sigap
ketika warga didilanda persoalan seperti ini. Jika Kaban tidak ada, paling
tidak stafnya bisa ditugaskan di untuk turun ke lokasi, bukan malah dibiarkan
begitu saja,” katanya.
Terpisah, Kepala BPBD, Dalik Gafur dikonfirmasi
mengaku, saat peritistiwa tersebut terjadi dirinya tidak berada di tempat. Dia bersama
keluarganya berada diluar daerah karena anaknya di operasi.
Untuk mengantisipasi kekosongan jabatan
pada pucuk pimpinan, kata dia, sudah dilakukan pergantian sementara. Saat ini
pucuk pimpinan di BPBD dijabat olek Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan sebagai pelaksana
harian (Plh).
“ Saya ada di Solo, Jawa Tengah karena anak
saya sedang operasi kaki. Sementara Plh menjalan rodanya, jadi kalau ada
pengaduan warga dan pemantauan semuanya ada di Plh,” kata Dalik melalui pesan
WhatsApp. (Fix/red)