Brindonews.com
Beranda Pertambangan Endapan Lumpur Setebal 10 Centi Cemari Pesisir Subaim Diduga Aktivitas Tambang

Endapan Lumpur Setebal 10 Centi Cemari Pesisir Subaim Diduga Aktivitas Tambang

Kondisi pencemaran yang diperlihatkan Arman Ebit ketika ia mencoba mengangkat sedimen mengunakan dua tangan. Terlihat lumpur setebal diatas tumit kedua kakinya ketika sedang berdiri.

Warga di Desa Subaim, Kecamatan Wasile, Halmahera Timur dihebohkan dengan endapan lumpur dari aktivitas pertambangan nikel yang sudah mencemari pesisir laut, tempat penangkapan ikan tradisional oleh nelayan setempat.

Menurut warga, endapan sedimentasi diperkirakan setebal 10 centi, sidimen yang mengendap sepanjang pesisir pantai di Desa Subaim tersebut keluar dari Sungai Muria yang sudah tercemar.

Fenomena yang menghebohkan tersebut, menurut warga, diduga musababnya hasil dari aktivitas pertambangan nikel PT Jaya Abadi Semesta dan PT Alam Raya Abadi yang beroperasi di wilayah pegunungan Wato-wato.

Kondisi pencemaran yang lebih memperpara karena diduga tanggul milik PT Jaya Abadi Semesta sudah jebol. Itu sebab, pencemaran di wilayah persawahan dan pesisir Pantai lebih bertambah parah.

“Diduga hasil dari aktivitas PT JAS dan PT ARA yang beroperasi di hulu pegunungan wato-wato dan ketika hujan pencemaran sedimen mengalir ke hilir melalui Sungai Muria. Kejadian pencemaran di Sungai Muri aitu sudah berulang kali,” kata Arman Ebit, Ketua Karang Taruna Desa Subaim begitu di Konfirmasi Brindonews, Minggu malam, 23 November.

Areal pesisir Desa Subaim yang tercemar merembes hingga ke tempat warga melaut ikan mengunakan perahu bagam.

Arman mengatakan, sedimen limbah PT JAS dan PT ARA tak hanya mencemari lahan pertanian dan sawa petani setempat. Tapi pencemaran sedimen meluas hingga ke permukaan pesisir pantai.

Kondisi tersebut kata dia, tak hanya merugikan petani, tapi sampai mengancam hasil tangkap nelayan yang terancam menurun. Apalagi areal sekitar, petani menangkap ikan mengunakan perahu bagam yang akan terancam.

Areal sekitar yang tercemar lanjut Arman, termasuk hutan mangrove yang menjadi tempat pengidupan ikan-ikan dan biota laut. Kondisi itu kata dia, akan memperparah apabila tidak menjadi perhatian serius pihak penambang.

“Ini sudah parah, harus ditanggungjawab oleh PT JAS dan PT ARA. Ini akan sangat merugikan tidak hanya petani dan nelayan, tapi akan mencemari mangrove sebagai tempat ikan bertelur,” ucapnya. (*)

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan