Brindonews.com
Beranda Daerah CCR Blokade Jalan Tilei

CCR Blokade Jalan Tilei

MOROTAI, BRN – Persoalan harga kopra menjadi isu hangat beberapa
bulan terakhir ini. Mahasiswa dan masyarakat terutama petani kopra terus menyuarakan persoalan ini. suara itu diwujudkan dalam aksi teatrekal di ruas jalan Desa Tilei Kecamatan Morotai Selatan Barat (Morselbar), Rabu (19/12). Mereka 
mengatasnamakan Central Commando Rakyat (CCR). 





Dari
amatan Brindonews.com, unjuk rasa di motori Gerakan Mahasiswa Pemerhati Sosial
(Gamhas) Malut ini di mulai pukul 8:00 WIT. Selain berunjuk rasa, massa aksi
juga memblokade jalan ruas jalan Desa Tilei. Aksi protes ini mendapat perhatian
masyarakat di desa sekitar, masyarakat pun berbondong -bondong bergabung dan
menyuarakan persoalan tersebut.  

Penuntutan
naikkan harga kopra ini membuat macet. puluhan mobil dan sepeda motor yang melintasi
di ruas jalan itu terpaksa berhenti karena di blokade massa aksi. Koordinator
aksi, Mubaliq Tomagola dalam orasinya meminta kepada Pemkab Morotai segera
mencari solusi ideal mengatasi anjloknya harga kopra.

“ Kopra
menjadi harga diri masyarakat Malut, termasuk di Morotai. Hasil tani ini
merupaka faktor utama memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,” pintanya.





Menurutnya,
1000 ton kopra yang diberikan Presiden RI, Ir. Soekarno terhadap pembebasan
Irian Barat merupakan bukti nyata pengorbanan rakyat Maluku Utara. Sumbangsi ini bahkan
tidak menuntut sepersen rupiah dari pengorbanan. Identias ini mestinya
pemerintah membuka mata dan melihat nasib para petani, terutama petani kopra.

Anjloknya
harga korpa di Malut termasuk Morotai adalah bencana kemanusiaan yang harus
disikapi secepat mungkin. Karena ketika harga kopra anjlok maka sama halnya
petani kopra menjerit.

“ Sudah
pasti rakyat menderita, makanya Pemprov dan DPRD Malut segera melakukan
penanganan secara serius, jangan menari-nari diatas penderitaan rakyat.  Kalian sudah di gaji pakai pajak rakyat, maka kalian
juga harus berjuang untuk rakyat,” katanya.





Mubaliq
mengungkapkan, berulang kali unjuk rasa dilakukan baik di Provinsi maupun di
Kabupaten Halut belum menunjukan perbaikan atau menghadirkan solusi ideal. Setiap
aksi protes dilakukan massa aksi selalu diberi janji manis oleh pemangku
kebijakan, akibatnya keinginan petani tak kunjung di penuhi pemerintah.

“ Kami
mau solusi pasti, bukan sekedar janji dan janji. Anjloknya harga kopra hingga
ke nilai terendah sangat berpengaruh ekonomi petani,” katanya. (Fix/red)





Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan