Buka Rakornas PID 2019, Menko PMK Singgung “4 C dan Teori Makan Bubur”

![]() |
Menko PMK Prof. Muhadjir Efendy memberikan sambutan di Acara Rakornas PID tahun 2019 di Jakarta, Senin (25/11/2019). |
JAKARTA –
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Prof.
Muhadjir Effendy menghadiri sekaligus membuka Rapat Kerja Nasional Program
Inovasi Desa atau Rakornas PID, Senin (25/11) di
Jakarta kemarin. Dalam penyampaiannya, Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah
Malang atau UMM ini menyinggung 4C
dan teori makan bubur pada acara yang digelar Kementerian Desa PDTT itu.
Rakornas
PID yang berlangsung tiga hari (24-27 November 2019) itu Menko PMK
mengapresiasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
(Kemendes PDTT). Menurut Muhadjir, perhatian signifikan terhadap pengembangan
inovasi desa dan program inovasi desa atau PID adalah terobosan baru yang dapat
dilakukan untuk memajukan desa di seluruh Indonesia.
“Memang
tidak mudah untuk membangun secara simultan, apalagi membangin seluruh desa di
Indonesia. Tapi saya yakin, dengan adanya PID dan pemberian penghargaan
terhadap karya-karya inovatif seperti ini, saya yakin proses diseminasi dan
proses replikasi terhadap praktik-praktik baik desa segera terwujud,” ujarnya.
![]() |
Menko PMK Prof. Muhadjir Efendy memukul gong sekaligus membuka Rakornas PID tahun 2019 di Jakarta, Senin (25/11/2019) |
Dalam
mempercepat pembangunan desa, diperlukan semangat yang digelorakan
masing-masing desa melalui 4C. Dan 4 C ini menjadi kunci. Pertama, mendorong
tradisi critical thinking (ber[ikir
kritis) di masyarakat desa. Masyarakat dan perangkat desa yang berfikir kritis,
maka dapat mengkritisi hambatan ataupun kejanggalan di desa masing-masing.
Kedua,
creative and innovation. Karya
inovatif tak mungkin tanpa didahului berfikir kreatif. Berfikir kreatif tak
mungkin tanpa berfikir kritis. Ketiga, communication
skill. Karya kreatif dan inovasi hanya akan berhenti pada penemuannya saja,
jika tidak dilanjutkan dengan deminasi, komunikasi, dan mereplikasi kepada
pihak lainnya. “Dan yang keempat, collaboration.
Dengan gotong royong dapat memberdayakan, meningkatkan, memodernisasi desa-desa
di seluruh Indonesia,” katanya.
Desa, menurut Menko PMK, dapat dikatakan wilayah
periferi atau pinggiran. Ibarat memakan bubur panas, jangan coba-coba hanya
memakan bagian tengahnya saja. Karena
harus mengambil yang pinggir.
“Intinya
membangun desa, pada dasarnya menggunakan teori makan bubur. Dengan cara ini,
maka wilayah pusat akan terselesaikan. Dan inilah tanggung jawab Kemendesa
untuk membangun wilayah periferi tadi,” kata Muhadjir menganalogikan.
Dikatakan,
Presiden Joko Widodo sering kali mengingatkan bahwa dalam membangun harus
dengan cara baru. Tidak bisa lagi menggunakan cara-cara lama. Terobosan dan
inovasi sangat diperlukan. “Memang tidak mudah membangun Indonesia dari desa
secara simultan. Tapi saya meyakini,
melalui praktik inovasi desa akan mempercepat tercapainya amanah UU Desa yakni
memajukan hingga memandirikan desa,” tandas Menko PMK. [*]