Warga Mamuya Blokade Jalan
HALUT, BRN – Pasca berunjukrasa pada 14 November lalu, warga Desa Mamuya, Kecamatan
Galela Induk memblokade jalan utama
Galela – Tobelo, Senin (19/11). Pemboikotan
jalan oleh warga itu merupakan buntut dari kekecewaan mereka terhadap
Pemkab Halut karena tidak mampu mengatasi anjloknya harga kopra.
Pemboikotan jalan dimulai
sejak pukul 07:30 hingga sore pukul 18:00 WIT itu dipusatkan di Desa Desa
Mamuya. Aksi blokade jalan ini para menumpukkan ranting pohon mangga dan tunas
kelapa yang diambil lokasi sekitar jalan. Tak hanya itu, warga juga memasang
satu buah spanduk bertuliskan “Kami Masyarakat Galela Meminta Agar Bapak Bupati
Dapat mempertimbangkan Harga Kopra”.
Salah satu warga setempat, Nelman Dawile
mengaku, aksi blokade jalan karena masyarakat Desa Mamuya meminta Bupati Halut
Frans Manery segera mencari solusi agar harga kopra kembali naik normal.
Nelman mengatakan, akses jalan menuju Desa
Mamuya sengaja di tutup untuk mengetuk pintu hati Frans Manery. Jeritan petani
kopra tidak bisa terobati kalau Pemkab Halut tidak menghadirkan solusi dan
kebijakan pro rakyat. “ Sehingga cara inilah yang bisa kami lakukan agar
aspirasi kita di dengar oleh bapak bupati,” katanya.
Keterpurukan harga kopra sangat berpengaruh langsung
terhadap masyarakat khususnya petani/perajin kelapa dalam (kopra). Sebab, rata-rata
masyarakat Halut bergantung pada pemenuhan kebutuhan ekonomi dari hasil kopra.
“ Jika ini terus berlanjut dan tak ada
kenaikkan harga kopra, maka anak-anak kami sudah tak bisa untuk sekolah lagi. Kebutuhan
makan sehari-hari keluarga saja susah, apalagi menyekolahkan anak,” sambung
Nelman yang juga petani kopra itu.
Kata dia, jika Pemkab Halut tidak secepatnya
mencarikan solusi, maka anaknya yang saat ini menempuh pendidikan di salah satu
universitas di Ternate terpaksa di berhentikan atau menjadi korban masa depan
akibat tidak menyekolahkan anaknya lagi. Karena itu, dia berharap pemerintah
secepatnya mencari solusi hal tersebut.
“ Kebutuhan sehari-hari di keluarga sudah
susah. Belum lagi biaya kamar kost dan biaya semester dan biaya makan sehari
anak saya di Ternate, kalau seperti ini terus mau tidak mau anak harus putus
kuliah,” kata Nelman sembari mengatakan pemerintah tolong perhatikan nasib
anak-anak kami.
“ Kami masyarakat Halmahera Utara berharap
agar pemerintah mengamdil andil menangani persoalan ini. Pemerintah memberikan
solusi pada masyarakat, kalau tidak masyarakat khususnya petani semakin
menderita,” kata Nelman penuh harap. (Arthur/red)