10 Ton Kopra Putih Asal Halmahera Barat di Ekspor ke Surabaya
Sebanyak 10 ton kopra putih asal Desa
Rioribati, Halmahera Barat di ekspor ke Surabaya. Ekspor perdana kopra putih
hasil produksi kelompok tani binaan Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi
Provinsi Maluku Utara itu di ekspor melalui eksportir di Surabaya.
Kepala Dinas
Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Maluku Utara, Ridwan Hasan menyebutkan, kelompok
pengolahan kopra putih binaan dinas yang ia pimpin itu tersebar di beberapa desa,
yaitu Tabanga, Rioribati, Tabadamai, dan desa Lovra, Kecamatan Kao Barat,
Halmahera Utara.
“Pengolahan
kopra putih merupakan salah satu program prioritas kami,” kata Ridwan saat
memberikan sambutan di acara pelepasan ekspor secara simbolis di Desa, Rioribati, Halmahera
Barat, Kamis 14 Januari kemarin.
Alasan
menjadikan pengolahan kopra putih sebagai program prioritas, sambung Ridwan, adalah
upaya untuk memperluas kesempatan kerja sektor informal pedesaan, termasuk
menjawab atas permasalahan rendahnya harga kopra di Maluku Utara.
Mantan Kepala
Dinas Lingkungan Hidup Maluku Utara ini mengemukakan harga kopra mulai
merangkak naik. Naik harga di picu oleh mekanisme pasar dan belum merupakan
upaya intervensi dari pemerintah daerah, terutama dinas terkait.
“Kita harus
melakukan terobosan untuk dapat mengawal
dan mengantisipasi gejolak dan dinamika
harga kopra yang cenderung tidak stabil ini, dan untuk itulah kopra
putih menjadi pilihan karena memiliki keunggulan dari sisi harga yang lebih baik
dan yang terpenting dapat menyerap tenaga kerja
yang cukup banyak untuk setiap
unit usaha,” ucapnya.
Ishak Naser mengapresiasi
Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Maluku Utara dalam upaya meningkatkan taraf
pendapatan petani kopra. Anggota Komisi II DPRD Maluku Utara ini mengatakan,
dana pokok pikirian yang dipercayakan termanfaatkan dengan baik serta tepat
sasaran.
Politisi NasDem
ini mengharapkan pemberdayaan ekonomi semacam ini terus di tingkatkan dan dikembangkan.
Selain meningkatkan taraf pendapatan, juga menyerap tenaga kerja atau
mengurangi pengangguran.
“Petani
mendapat hasil yang sepadan dengan jerih payahnya dan pedagang atau pembeli
mendapat keuntungan yang wajar . Sehingga tercipta iklim usaha yang sehat dan berkemanusiaan,” kata Ishak.
Abdurrahman
Duwila menuturkan, akan selalu bersinergi dan mentransfer teknologi tepat guna
dalam upaya managamen mutu dan sistem kerja kopra putih.
Pendamping kelompok
ini bilang, sinergitas tersebut dilakukan Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi
Maluku Utara bersama PT. Rumah Kelapa Mekarsari sebagai pendamping, dan pembina
proses produksi sekaligus sebagai
Oftaker.
“Pendampingan mentransfer
teknologi tepat sasaran yang menjamin pasar bagi hasil produksi ini dilakukan di
seluruh unit binaan,” ucapnya.
M. Thaib M.
Asyik menambahkan, pendampingan mentransfer teknologi tepat sasaran tersebut
akan disajikan berbentuk sistem atau aplikasi. Ini bertujuan sekaligus melatih
para petani agar tidak kaku memanfaatkan teknologi untuk menjawab tantangan
era 4.0.
“Konsen kita
lebih pada kesejahteraan petani kelapa dengan cara yang berkeadilan dan mengupayakan
pendanaan melaui jalur-jalur yang disediakan pemerintah, terutama KUR,” kata M.
Thaib, salah satu pegawai PT. Rumah Kelapa Mekarsari. (han/red)