Halal Bi Halal Keluarga Halut di Ternate Berakhir Ricuh

![]() |
Mahasiswa Asal Galela Ngamuk di Acara Halal Bi Halal |
TERNATE BRN – Halal Bi Halal yang digelar keluarga besar Halmahera Utara (Halut) di Ternate, yang bertajuk ” Silaturahmi Dan Halut Bacarita,” yang di gelar di gedung Duafa Center, Selasa (25/06/2019) berkahir ricuh
Kegiatan yang di hadiri Gubernur Maluku Utara (Malut) KH Abdul Gani Kasuba, Bupati Halut Fran’s Manery, Wakil bupati Halut, Muhlis Tapi tapi, Dan Bupati Halmahera Selatan (Halsel) Bahrain Kasuba, harus meninggalkan kisah yang tak bagus.
Kegiatan dialog yang di pandu Abukader Bubu sebagai moderator awalnya berjalan normal, akan tetapi berselang beberapa menit kemudian salah satu mahasiswa yang asal Galela yang berbagung di Kerukunan Pelajar Mahasiswa Galela (KPMG) Fuji Panganro akhinya mengamuk karena tidak di berikan kesempatan untguk menyampaikan aspirasi dan pertanyaan. Tak puas Fuji Panganro langsung menghidupkan alat pengeras dan menyampikan aspirasi di saat Bupati Halut Frans Manery menjawab pertanyaan dari mahasiswa lain.
Saat menyampaikan aspirasi dengan mengunakan alat pengeras suara (megfon), tiba-tiba panitia pelaksana langsung mencegah dan menghalangi serta meangmbil alat penegras suara dari mahasiswa. Dialog tersebut langsung dihentikan secara mendadak.
Fuji Panganro saat di temui wartawan mengatakan dirinya mewakili teman-teman KPMG merasa kesal karena tidak di berikan kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan yang sudah di siapkan
“Kami sudah lama ingin bertemu dengan pak bupati, waktu aksi kopra di halut tidak pernah bertemu dengan bupati, Dan di moment ini bupati ada tetapi tidak di berikan kesempatan menyampaikan pertanyaan, sehingga terjadilah seperti itu, dan itu adalah bentuk kekecewaan kami,” Ungkap Fuji Rabu (26/06/2019)
Menurutnya hal ini diduga dengan sengaja ketua panitia kegiatan halal bi halal tidak memberikan kesempatan kepada kami untuk berbicara, karena aspirasi dan peranyaan kami ketua panitia sudah mengetahui itu.
“Kami meminta gubernur Malut Dan bupati tanda tangan di atas materai, Surat pernyataan untik segera mungkin naikkan harga kopra, dan meminta segera selesaikan ejeng gondok di danau galela,” tegasnya.
Terpisah ketua panitia Halal Bi Halal Keluarga besar Halut di Ternate Muhammad Kacoa kepada wartawan membantah kalau hajatan tersebut di anggap gagal, dirinya menganggap sukses hingga selesai.
“Halal bi halal yang di angap gagal ini di lihat dari sisi mana, ada kekacawan sedikit karena mungkin mahasiswa punya saluran pikir tidak tersalur dengan baik, masa mahasiswa sodorkan gubernur dan bupati tanda tangan dorang punya permintaan” akunya.
Menurutnya permintaan mahasiswa kepada gubernur Dan bupati ini tindakan yang tidak waras, seharusnya permintaan itu harus di kajih dulu bukan langsung di paksakan untuk tanda tangan.
“Itu permintaan gila, masa mahasiswa paksakan harus tanda tangan, sebelum di kajih,” tegasnya (shl/red)