Antam dan Petani Kelapa Produksi Jaring Serabut jadi Produk Reklamasi Tambang
Ery: Permintaannya Mulai Meluas
Bebera petani kelapa dibantu keluarga sedang menganyam Coconet atau jaring serabut. Usaha dibawa naungan PT. Antam ini dilakoni sejak 2019 lalu. |
HALTIM, BRN – Petani kelapa di Kecamatan Maba, Halmahera Timur,
berhasil memproduksi alat reklamasi pasca tambang. Produk berbahan baku serabut
kepala itu dinamai Coconet.
Para petani kelapa di
Kecamatan Maba itu merupakan binaan perusahaan tambang dan hilirisasi PT. Aneka
Tambang alias Antam UBPN Maluku Utara. Mereka tergabung dalam Lembaga Varamau.
General Manager PT.
Antam UBPN Maluku Utara, Ery Budiman menyatakan Coconet bukan hanya
dipergunakan oleh perusahaan tambang yang dibawahi Antam. Bahkan, PT. Nusa Halmahera
Mineral atau NHM mulai tertarik untuk membelinya untuk kepentingan dan
kebutuhan reklamasi pasca pengerukan lahan.
“Selama ini produk
coconet (bahan reklamasi yang terbuat dari serabut kelapa) hanya kebutuhan
reklamasi PT. Antam, tetapi sekarang permintaanya mulai meluas. NHM mulai
membeli 5.000 meter persegi untuk kebutuhan reklamasi mereka,” kata Ery, Selasa
19 Oktober.
Bahan baku Coconet atau jaring serabut. |
Ery menyatakan,
produk berbahan mentah dari kulit kelapa dalam itu sangat bermanfaat. Produk berbentuk
jaring sabut ini nantinya ditanam pada lahan-lahan bekas pengerukan perusahaan,
salah satunya PT.NHM.
Selain perusahaan
mendapatkan manfaatnya, lanjut Ary, juga meningkatkan kesejahteraan (pendapatan)
para petani kelapa.
“Program ini adalah
inisiasi dari PT.Antam melalui program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
atau PPM untuk memanfaatkan lahan kelapa 13 ribu hektar lebih. Program ini
berjalan sejak 2018 lalu,” ucapnya.
Menigkatkan Omzet
Petani Kelapa
Ery mengatakan, Lembaga Varamau yang
diperkarsai itu dapat meningkat omzet petani kelapa. Peningkatan keuntungan singnifikan
tersebut terasa dua tahun berjalan.
2019 lalu lanjut Ery, coconet diproduksi
sebanyak 35.250 meter persegi dengan nilai jual Rp.556.376, 000. Sedangkan di
tahun 2020 meningkat menjadi 75.000 meter persegi dengan harga Rp.
1.050,000,000. Sementara period eke dua tahun ini sebanyak 60.300 meter persegi
dengan harga Rp. 844.200,000.
“Selain serabut kelapan, tempurung dan
produk turunan lainya menjadi target pengembangan kedepan nantinya. Diharapkan
kedepanya terus dikembangkan, dan seluru stakeholder bisa berkolaborasi, bersinergi,
dan kerjasama yang baik sangat diperlukan untuk kedepanya lebih baik nantinya. Karena
itu kami selalu turun survey dan buat pemetaan potensi kelapa yang ada, kami juga
buat pelatihan yang diikuti oleh petani. Mereka dilatih keterampilan
memproduksi dan cara anyam coconet serta didukung dengan sarana-prasara
lainya,” katanya. (pn/mal/red)