Akademisi Prediksi Seteru Hardi-Ricky Bakal Panjang
Helmi: Pengaruh Sentimen Politik
Helmi Alhadad. |
Kisruh antara Kepala Dinas Pariwisata Halmahera Timur Hardi Musa dan Sekretaris Ricky Chairul Ricfat diperkirakan berlangsung lama. Seteru keduanya segera berakhir jika keduanya tidak bersikeras pasang ego dan mau saling minta maaf.
Sikap menahan ego masing-masing sudah tentu berpengaru pada roda birokrasi, terutama pelayanan masyarakat. Dilain sisi, berbagai presepsi buruk bakal dialamatkan ke pemerintah daerah.
Pendapat ini diutarakan Dr. Helmi Alhadad dalam sebuah wawancara melalui sambungan telepon. Dosen Ilmu Kominikasi UMMU itu menyarankan agar kedua belah pihak secepatnya berdamai.
“Tugas dan tangungjawab seorang pejabat daerah adalah meningkatkan pelayanan publik yang mungkin selama ini belum optimal, bukan saling menyalahi dalam permasalahan,” kata Helmi, Jumat 20, Agustus.
Helmi menilai, pernyataan “bikin diri” dan “biadap” tidak sepantasnya dilontarkan. Selain tidak etis, bahasa atau perkataan yang sangat vulgar itu tidak layak dikeluarkan. Apalagi seorang pejabat.
“Dalam komunikasi, bahasa semacam ini dinilai kotor,” ujarnya.
Demikan dengan Ricky. Sebagai atasan, tentunya tidak asal menuduh kalau Hardi Musa terkesan membiarkan aset wisata Pulau Plun yang berimbas pada kerugian daerah lebih dari Rp.7 miliyar.
“Seolah-olah menyudutkan Hardi Musa. Padahal masalah ini bisa saling berkomunikasi dengan baik kalau keduanya sadar bahwa mereka adalah pejabat daerah. Mestinya, bisa diselesaikan di internal Pemereinta Halmahera Timur,” katanya.
Pengaruh Beda Pilihan Politik
Direktur Lembaga Strategi dan Politik atau Leskompol Maluku Utra ini mengemukakan, beda jalan politik acap kali menjadi akar masalah. Ia menilai kurangnya relasi Hardi-Ricky akibat sentimen politik pada Pilkada 9 Desember 2020.
Selain beda dukungan, masalah lainnya adalah ketersinggungan dan tidak dilakukannya komunikasi (rapat koordinasi) atasan dan bawahan.
“Masing-masing pihak tidak saling disalahkan. Maksud Sekretaris Ricky membeberkan kejanggalan penanganan aset wisata Pulau Plun tujuannya menyelamatkan aset, hanya saja caranya kurang elok dan terkesan menyudutkan. Mungkin saja pantas Hardi tersinggung (bereaksi) dengan mengeluarkan bahasa yang kotor. Mungkin ini juga Hardi menggangap Ricky sengaja menyudutkan dan berharap Hardi kehilangan jabatan, karena beda posisi pada pilkada lalu,” tuturnya.
“Pejabat harusnya lebih bijak dalam bersikap karena mereka merupakan contoh bagi bawahan dan masyarakat. Jangan berharap masyarakat bisa menjadi lebih santun terhadap pejabat kalau para pejabat sendiri tidak menjadi contoh yang baik,” sambungnya.
Helmi berharap perseturuan Hardi-Ricky cepat terelai. Ubaid Yakub maupun Anjas Taher sebagai kepala daerah diharapkan secepatnya melerai masing-masing pihak.
“Jangan sampai polemik ini menjadi citra terburuk di masa pemerintahan Ubaid-Anjas. Karena bagaimana pun seteru ini mengambarkan kondisi birokrasi Pemerintah Halmahera Timur lagi buruk,” ujarnya. (mal/red)