![]() |
Ilustrasi sektor pendidikan. Peran sektor pendidikan dianggap
penting untuk menghilangkan stigma pengidap HIV/AIDS. (Foto: Ulet Ifansasti/Getty Images) |
JAKARTA -
Penaganan human immunodeficiency virus
infection (HIV) bukan hanya tugas
Kementerian Kesehatan (Kemenkes), tetapi membutuhkan peran sektor lain.
Minimnya peran sektor lain bukan tidak mungkin membuat tugas Kemenkes semakin
berat, terutama menghilang stigma masyarakat terkait pengidap HIV/AIDS.
Peran menghilangkan stigma pengidap
HIV/AIDS tidak hanya menitikfokuskan pada satu sektor (sektor medis). Peran masif
sektor lain, seperti sektor pendidikan, agama, dan sosial tentu membatu mencegah
atau bisa saja menghapus stigma pengidap HIV/AIDS.
Minimnya keterlibatan sektor lain
penanganan HIV/AIDS membuat Kemenkes sesal. Kemenkes mencatat sejauh ini sektor
medis masih mendominasi berperan dibanding sektor lain.
“ Penanganan soal HIV/AIDS seharusnya
bersifat komprehensif dari semua sektor. Termasuk sosial, pendidikan, dan
agama. Tapi sektor yang lain perannya masih minim,” kata Direktur Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes, Wiendra Waworuntu seperti
dilansir di detikHealth, Sabtu (1/12).
Menurut Wiendra, sektor
pendidikan bisa berperan lebih besar. Pendidikan melalui Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) atau sejenisnya bisa memberi informasi pada siswa terkait HIV/AIDS.
Termasuk soal faktor risiko dan terapi yang diperlukan pengidapnya.
Pendidikan sejak dini bisa mencegah perilaku buruk terhadap penyandang HIV/AIDS di masa mendatang. Misal tidak memberi stigma atau menolak kehadiran penyandang HIV/AIDS di tengah masyarakat. “ Terlepas dari penyebab infeksi virus, penyandang tetap diterima dengan baik dan memperoleh haknya,” ujarnya.
Wiendra berharap, sektor lain bisa meningkatkan perannya dalam penanganan HIV/AIDS. Penanganan menyeluruh bisa menghapus stigma dan mencegah penolakan pengidap HIV di Samosir kembali terulang. (brn/dtk)
Pendidikan sejak dini bisa mencegah perilaku buruk terhadap penyandang HIV/AIDS di masa mendatang. Misal tidak memberi stigma atau menolak kehadiran penyandang HIV/AIDS di tengah masyarakat. “ Terlepas dari penyebab infeksi virus, penyandang tetap diterima dengan baik dan memperoleh haknya,” ujarnya.
Wiendra berharap, sektor lain bisa meningkatkan perannya dalam penanganan HIV/AIDS. Penanganan menyeluruh bisa menghapus stigma dan mencegah penolakan pengidap HIV di Samosir kembali terulang. (brn/dtk)